Sore ini selepas kerja, Saya bersama istri tercinta memilih pulang melewati rute jalan Sriwijaya. Bukan tanpa sebab kami akhirnya memilih rute alternatif ini, karena jalan utama yang biasa kami lalui yaitu kawasan simpang lima terlihat sangat padat oleh kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Kondisi hujan ringan, juga menjadi pertimbangan untuk menghindari rute jalan Majapahit yang sepanjang jalannya hanya lurus, membuat kebanyakan kendaraan yang melintasinya cenderung ngebut. Ditengah hujan ringan yang masih juga belum reda, dengan pasti kami melaju motor hijau kesayangan. kami melewati jalan Sriwijaya, kemudian belok ke kanan arah Java Mall, dan pertigaan selanjutnya belok ke kiri masuk ke jalan Tentara Pelajar. Namun apa daya, naluri "berburu" kami seketika muncul, apalagi dilihat dari raut wajahnya istri Saya memang terlihat sudah lapar dan harus segera isi "tangki"nya.. hehe..
Sepanjang jalan Tentara pelajar, dapat dikatakan cukup banyak kuliner yang kami jumpai. Namun entah mengapa perhatian Kami tertuju pada satu tempat makan yang berada di kanan jalan dengan nama Star Steak. Idealnya kami berdua bukan penggila steak dan sejenisnya. Namun beberapakali mencoba kuliner jenis ini di Semarang, belum kami temukan Steak yang kami anggap enak. Ya karena rasa penasaran juga dan berharap kali ini sesuai dengan harapan, akhirnya saya menepi di depan tempat makan ini, berhenti dan memarkirkan kendaraan di tempat yang disediakan. Catatan pertama saya adalah lahan parkir yang disediakan pengelola bisa dibilang minim, apalagi dengan kondisi sebagian parkirnya curam dan sangat dekat dengan bibir jalan. Daya tampung parkir yang tersedia mungkin hanya bisa memuat 6-8 mobil dan sekitar 10 motor saja. Kondisi ini tentunya akan membuat pelanggan yang hendak datang, bisa saja berubah fikiran apabila kesulitan menemukan tempat parkir.
Kesan awal masuk tempat makan ini cukup bersih. Banner-banner menu andalan terpampang rapi dan cukup eye catching, membuat kami ingin segera memilih seat tempat untuk makan. Bangunan tempat warung steak ini menggunakan susunan bata merah (licin) menyerupai benteng dengan jendela besar terbuka dengan partisi jeruji besi, sehingga meskipun tidak saya lihat adanya pendingin namun sirkulasi udara cukup baik. Dengan ramah pelayan menyapa kami dan menanyakan pesanan, sambil memberikan daftar menu. Tampilan daftar menu yang hanya berupa selembar menu laminating, menunjukkan warung steak ini nampaknya bukan warung steak yang "mewah-mewah amat" atau berkelas premium. (Saya kebetulan tidak bawa kamera, tapi tampilannya sama persis dengan foto dibawah yang diambil dari google)
Kursi yang digunakan tidak istimewa untuk ukuran warung steak. mereka menggunakan kursi kayu dengan 4 kursi pada tiap nomor seatnya. Cukup ada jarak antara satu seat dengan seat lainnya, tidak ada kesan sempit dan berjejal. Penerangan yang ada disini tidak menggunakan lampu utama dengan cahaya terang. Justru mereka hanya menggunakan lampu 5 watt untuk tiap seatnya, dengan kabel menjuntai dari atas langit-langit, dan berjarak hanya satu meter dengan meja makan. Menggunakan tudung lampu berbahan rotan dengan cahaya temaram serupa dengan cahaya lilin, membuat kesan sederhana namun teduh dan cukup romantis. Bagi yang lebih suka makan cara lesehan, pengelola menyiapkan lokasi lesehan dibagian dalam.
Menu makanan dan minumannya hampir sama dengan kebanyakan warung steak, seperti Sirloin, tenderloin, steak tepung dll. Setelah beberapa saat mempelajari menu yang tersedia di warung steak ini, pesanan awal kami adalah 1 beef cheese star, 1 French Fries dengan minum 1 hot cappucino dan 1 es lemon tea. Setelah pesanan dicatat dan dibacakan ulang untuk memastikan tidak ada yang keliru, pelayan pun segera meluncur untuk menyiapkan pesanan.
Tidak sampai 15 menit semua pesanan kami sudah tiba.. lengkap.. kap! Beef cheese star, French Fries hot cappucino dan es lemon tea sudah tersaji di meja kami. Ini kami anggap cukup cepat lah untuk sebuah warung steak. Pesanan tidak kami makan langsung, kami berdo'a dulu sebagai bentuk syukur kami kepada Sang Khalik. Selepas berdo'a, kebiasaan kami selanjutnya adalah mengamati "kesan pertama" makanan yang kami pesan. Ini penting menurut kami, karena kesan awal biasanya akan mempengaruhi penilaian selanjutnya.
Sekarang kita bahas menunya.
#1 Beef Cheese Star (Menu andalan ke-2 setelah steak iga bakar).
Jika dilihat sekilas, tidak ada beda dengan kebanyakan steak ber hot plate lainnya, cuma berbeda karena ditutup dengan parutan keju diatas dagingnya. Namun saya sempat lumayan kaget bahwa ternyata penampakan aslinya daging steaknya ternyata tipis (kira2 hanya setebal buku 20-25 halaman dengan kertas 70gr ) dibandrol dengan Rp. 21.000. Memang, mahal atau murahnya tergantung kocek masing-masing. Namun kalo saya harus menilai harganya sedikit tinggi di kelas warung steak sejenis (ini karena tipisnya itu lho.. hehe...). Tingkat kematangan bakaran dagingnya cukup baik, tidak over cooked walaupun pinggiran daging agak sedikit (tipis sekali) over cooked. Tapi ini lumrah untuk sebuah makanan berupa daging bakar. Platting steaknya yang cukup bagus, ternyata tidak diikuti oleh unsur pelengkap seperti sayuran dan kentangnya yang sangat sedikit sekali. Saya temui hanya 2 slice tipis kentang dan sayuran seadanya, dan ini menjadi nilai minus bagi saya. Untungnya, rasa dari siraman steak yang ada di hot plate cukup enak dengan rasa rempah khas indonesia, sehingga sukses membuat saya memesan satu lagi steak, namun pesanan berikutnya adalah Tenderloin Blackpepper.
#2 Tenderloin Blackpepper
Saya memang penggemar bagian daging yang satu ini. Bagian tenderloin bisa dikatakan adalah bagian daging yang tidak banyak dilibatkan dalam aktifitas atau gerakan sapi. Sehingga daging pada bagian ini adalah salah satu yang lembut dan rendah lemak. Di Star Steak, menu ini dibandrol seharga Rp. 18.500. Ukuran nya sedikit lebih kecil dengan pesanan saya yang pertama, namun ketebalannya bisa dibilang sama. Menu ini disajikan tanpa keju, namun sensasi pedas khas lada hitam yang tercampur dengan siraman steaknya, menambah kaya dan nikmat pesanan yang ke dua ini. Ini cukup bisa membuat saya melupakan kekecewaan terhadap sayuran dan potongan kentang yang seadanya.
#3 French Fries, Hot Cappucino, Lemon Tea Ice
Ketiga menu ini sengaja saya satukan pembahasannya. Fokusnya memang hanya ke menu utamanya saja. Untuk menu-menu ini di Star Steak tidak disajikan dengan istimewa, maklum harganya hanya Rp. 5000 untuk satu porsi (disajikan di piring kecil ditabur bumbu kentang goreng). Demikian juga Hot Cappucino yang disajikan diatas meja. Saya bisa tebak cappucino ini merupakan produk cappucino instan yang dijual diwarung-warung, dibandrol dengan harga Rp. 4000. Demikian juga dengan lemon tea ice nya. Tidak ada yang istimewa dengan lemon tea ice ini, karena penampakan seperti kebanyakan lemon tea ice yang umum dijual. Memang Star Steak tidak menggunakan bahan lemon tea instan (seduh). Mereka menggunakan semacam syrup lemon, gula dan teh ditambah dengan ice. Lapisan ini bisa dilihat saat pesanan baru tiba, dan lemon tea belum teraduk, maka anda akan melihat didalam gelas ada unsur-unsur yang berlapis. Rasanya sendiri tidak terlalu asam, dan cukup segar. Adapun lemon tea iced ini dibandrol dengan harga Rp. 4500.
- Beef Cheese Rp. 21.000
- Tenderloin Blackpepper Rp. 18.500
- French Fries Rp. 5.000
- Lemon tea iced Rp. 4.500
- Hot Cappucino Rp. 5.000
- Mineral water Rp. 1.000
TOTAL : Rp. 54.000
#OverallRated (Max. 9)
Lokasi : 6,5
Kebersihan : 8
Kenyamanan : 7,8
Rasa : 7,5
Harga : 7
Sepanjang jalan Tentara pelajar, dapat dikatakan cukup banyak kuliner yang kami jumpai. Namun entah mengapa perhatian Kami tertuju pada satu tempat makan yang berada di kanan jalan dengan nama Star Steak. Idealnya kami berdua bukan penggila steak dan sejenisnya. Namun beberapakali mencoba kuliner jenis ini di Semarang, belum kami temukan Steak yang kami anggap enak. Ya karena rasa penasaran juga dan berharap kali ini sesuai dengan harapan, akhirnya saya menepi di depan tempat makan ini, berhenti dan memarkirkan kendaraan di tempat yang disediakan. Catatan pertama saya adalah lahan parkir yang disediakan pengelola bisa dibilang minim, apalagi dengan kondisi sebagian parkirnya curam dan sangat dekat dengan bibir jalan. Daya tampung parkir yang tersedia mungkin hanya bisa memuat 6-8 mobil dan sekitar 10 motor saja. Kondisi ini tentunya akan membuat pelanggan yang hendak datang, bisa saja berubah fikiran apabila kesulitan menemukan tempat parkir.
Kesan awal masuk tempat makan ini cukup bersih. Banner-banner menu andalan terpampang rapi dan cukup eye catching, membuat kami ingin segera memilih seat tempat untuk makan. Bangunan tempat warung steak ini menggunakan susunan bata merah (licin) menyerupai benteng dengan jendela besar terbuka dengan partisi jeruji besi, sehingga meskipun tidak saya lihat adanya pendingin namun sirkulasi udara cukup baik. Dengan ramah pelayan menyapa kami dan menanyakan pesanan, sambil memberikan daftar menu. Tampilan daftar menu yang hanya berupa selembar menu laminating, menunjukkan warung steak ini nampaknya bukan warung steak yang "mewah-mewah amat" atau berkelas premium. (Saya kebetulan tidak bawa kamera, tapi tampilannya sama persis dengan foto dibawah yang diambil dari google)
Kursi yang digunakan tidak istimewa untuk ukuran warung steak. mereka menggunakan kursi kayu dengan 4 kursi pada tiap nomor seatnya. Cukup ada jarak antara satu seat dengan seat lainnya, tidak ada kesan sempit dan berjejal. Penerangan yang ada disini tidak menggunakan lampu utama dengan cahaya terang. Justru mereka hanya menggunakan lampu 5 watt untuk tiap seatnya, dengan kabel menjuntai dari atas langit-langit, dan berjarak hanya satu meter dengan meja makan. Menggunakan tudung lampu berbahan rotan dengan cahaya temaram serupa dengan cahaya lilin, membuat kesan sederhana namun teduh dan cukup romantis. Bagi yang lebih suka makan cara lesehan, pengelola menyiapkan lokasi lesehan dibagian dalam.
Menu makanan dan minumannya hampir sama dengan kebanyakan warung steak, seperti Sirloin, tenderloin, steak tepung dll. Setelah beberapa saat mempelajari menu yang tersedia di warung steak ini, pesanan awal kami adalah 1 beef cheese star, 1 French Fries dengan minum 1 hot cappucino dan 1 es lemon tea. Setelah pesanan dicatat dan dibacakan ulang untuk memastikan tidak ada yang keliru, pelayan pun segera meluncur untuk menyiapkan pesanan.
Tidak sampai 15 menit semua pesanan kami sudah tiba.. lengkap.. kap! Beef cheese star, French Fries hot cappucino dan es lemon tea sudah tersaji di meja kami. Ini kami anggap cukup cepat lah untuk sebuah warung steak. Pesanan tidak kami makan langsung, kami berdo'a dulu sebagai bentuk syukur kami kepada Sang Khalik. Selepas berdo'a, kebiasaan kami selanjutnya adalah mengamati "kesan pertama" makanan yang kami pesan. Ini penting menurut kami, karena kesan awal biasanya akan mempengaruhi penilaian selanjutnya.
Sekarang kita bahas menunya.
#1 Beef Cheese Star (Menu andalan ke-2 setelah steak iga bakar).
Jika dilihat sekilas, tidak ada beda dengan kebanyakan steak ber hot plate lainnya, cuma berbeda karena ditutup dengan parutan keju diatas dagingnya. Namun saya sempat lumayan kaget bahwa ternyata penampakan aslinya daging steaknya ternyata tipis (kira2 hanya setebal buku 20-25 halaman dengan kertas 70gr ) dibandrol dengan Rp. 21.000. Memang, mahal atau murahnya tergantung kocek masing-masing. Namun kalo saya harus menilai harganya sedikit tinggi di kelas warung steak sejenis (ini karena tipisnya itu lho.. hehe...). Tingkat kematangan bakaran dagingnya cukup baik, tidak over cooked walaupun pinggiran daging agak sedikit (tipis sekali) over cooked. Tapi ini lumrah untuk sebuah makanan berupa daging bakar. Platting steaknya yang cukup bagus, ternyata tidak diikuti oleh unsur pelengkap seperti sayuran dan kentangnya yang sangat sedikit sekali. Saya temui hanya 2 slice tipis kentang dan sayuran seadanya, dan ini menjadi nilai minus bagi saya. Untungnya, rasa dari siraman steak yang ada di hot plate cukup enak dengan rasa rempah khas indonesia, sehingga sukses membuat saya memesan satu lagi steak, namun pesanan berikutnya adalah Tenderloin Blackpepper.
#2 Tenderloin Blackpepper
Saya memang penggemar bagian daging yang satu ini. Bagian tenderloin bisa dikatakan adalah bagian daging yang tidak banyak dilibatkan dalam aktifitas atau gerakan sapi. Sehingga daging pada bagian ini adalah salah satu yang lembut dan rendah lemak. Di Star Steak, menu ini dibandrol seharga Rp. 18.500. Ukuran nya sedikit lebih kecil dengan pesanan saya yang pertama, namun ketebalannya bisa dibilang sama. Menu ini disajikan tanpa keju, namun sensasi pedas khas lada hitam yang tercampur dengan siraman steaknya, menambah kaya dan nikmat pesanan yang ke dua ini. Ini cukup bisa membuat saya melupakan kekecewaan terhadap sayuran dan potongan kentang yang seadanya.
#3 French Fries, Hot Cappucino, Lemon Tea Ice
Ketiga menu ini sengaja saya satukan pembahasannya. Fokusnya memang hanya ke menu utamanya saja. Untuk menu-menu ini di Star Steak tidak disajikan dengan istimewa, maklum harganya hanya Rp. 5000 untuk satu porsi (disajikan di piring kecil ditabur bumbu kentang goreng). Demikian juga Hot Cappucino yang disajikan diatas meja. Saya bisa tebak cappucino ini merupakan produk cappucino instan yang dijual diwarung-warung, dibandrol dengan harga Rp. 4000. Demikian juga dengan lemon tea ice nya. Tidak ada yang istimewa dengan lemon tea ice ini, karena penampakan seperti kebanyakan lemon tea ice yang umum dijual. Memang Star Steak tidak menggunakan bahan lemon tea instan (seduh). Mereka menggunakan semacam syrup lemon, gula dan teh ditambah dengan ice. Lapisan ini bisa dilihat saat pesanan baru tiba, dan lemon tea belum teraduk, maka anda akan melihat didalam gelas ada unsur-unsur yang berlapis. Rasanya sendiri tidak terlalu asam, dan cukup segar. Adapun lemon tea iced ini dibandrol dengan harga Rp. 4500.
- Beef Cheese Rp. 21.000
- Tenderloin Blackpepper Rp. 18.500
- French Fries Rp. 5.000
- Lemon tea iced Rp. 4.500
- Hot Cappucino Rp. 5.000
- Mineral water Rp. 1.000
TOTAL : Rp. 54.000
#OverallRated (Max. 9)
Lokasi : 6,5
Kebersihan : 8
Kenyamanan : 7,8
Rasa : 7,5
Harga : 7
Bagi yang anda bingung berwirausaha apa silahkan kunjungi Steak Usaha Yang Membuat Sukses Karena ada rahasia kesuksesan di dalamnya. Salam Sukses :)
BalasHapus